Minggu, 20 November 2011

AUTIS


AUTIS
a.       Pengertian
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang Autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau ( Handojo, 2003 ).
Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh.
Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
Kartono (1989) berpendapat bahwa Autisma/Autisme adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003), penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik cara berpikir maupun berperilaku.

Suatu Hal Akan Terasa Begitu Bermakna Jika Kita Telah Kehilangannya


Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..
Pernikahan kami sederhana namun meriah…..
Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.
Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu..
Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.
Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.
***

Memahami Kasih Ayah Dan Bunda Melalui Kisah Sederhana


Memahami Kasih Ayah Dan Bunda Melalui Kisah Sederhana

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.
“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.
“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang……… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.
“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.

KASIH IBU


Dikisahkan, ada seorang pemuda berusia menjelang 30 tahun. Namun
sayangnya, ia hanya memiliki kemampuan berpikir layaknya anak
berumur di bawah 10 tahun. Ibunya dengan penuh kasih memelihara dan
mendidik si anak agar kelak bisa hidup mandiri dengan baik, terlebih
karena ia merasa anaknya punya kemampuan berpikir yang sangat
minim.Si anak sangat mencintai ibunya. Suatu hari dia berkata, "Ibu,
aku sangat senang melihat ibu tertawa, wajah ibu begitu cantik dan
bersinar. Bagaimana caranya agar aku bisa membuat ibu tertawa setiap
hari?""Anakku, berbuatlah baik setiap hari. Maka, ibu akan tertawa
setiap hari," jawab si ibu. "Lantas, bagaimana caranya berbuat baik
setiap hari?" tanya si anak. "Berbuat baik adalah jika kamu bekerja,
bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Bantulah orang lain terutama
orang-orang tua yang perlu dibantu, sakit atau kesepian. Kamu bisa
sekadar menemani atau membantu meringankan pekerjaan mereka.
Perlakukanlah orang-orang tua itu sama seperti kamu membantu ibumu.

setiap wanita itu cantik


Seorang anak laki-laki bertanya kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?""Karena aku seorang wanita," dia berkata kepada anaknya."Aku tidak mengerti," jawab anak laki-laki tersebut. Sang ibu memeluk anaknya dan berkata "Dan kau tidak akan pernah mengerti"Kemudian anak laki-laki tersebut bertanya kepada ayahnya "Mengapa ibu menangis tanpa ada alasan?""Semua wanita menangis tanpa ada alasan," hanya itu yang bisa dikatakan ayahnya.Anak laki-laki itu tumbuh dan menjadi seorang laki-laki dewasa, dan tetap merasa heran mengapa wanita menangis.Akhirnya dia menelepon Tuhan, dan ketika sudah terhubung, dia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"Tuhan berkata "Aku menciptakan wanita istimewa. Aku menciptakan baginya bahu yang kuat untuk memikul beban dunia, tapi begitu lembut sehingga dapat memberikan kenyamanan.""Aku memberinya kekuatan untuk melahirkan dan menahan penolakan yang kerap muncul dari anak-anaknya""Aku memberinya keteguhan yang membuatnya dapat tetap bertahan di saat semua orang sudah menyerah, dan tetap memperhatikan keluarganya tanpa mengeluh saat sedang lelah maupun sakit.""Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam keadaan apapun, meskipun mereka menyakitinya.""Aku memberinya kekuatan untuk bisa memaklumi kesalahan-kesalahan suaminya, menciptakannya dari tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya""Aku memberinya kearifan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik tidak akan pernah menyakiti istrinya, tetapi kadang-kadang menguji kekuatan dan ketetapan hatinya untuk tetap teguh mendampingi suaminya""Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk dicurahkan. Ini khusus miliknya untuk digunakan kapanpun diperlukan.""Kau lihat: Kecantikan seorang wanita tidak terletak pada pakaian yang dikenakannya, penampilan fisiknya, atau cara dia menyisir rambutnya.""Kecantikan seorang wanita dapat dilihat melalui matanya, karena mata adalah pintu menuju hatinya, tempat dimana cinta bersemayam."Setiap Wanita Cantik

Sumber: 
http://id.shvoong.com/books/480884-setiap-wanita-cantik/#ixzz1XvqGseyW

Sabtu, 19 November 2011

Teori Perkembangan Karir

Teori Trait-and-Factor

Di kalangan para pelopor teori konseling vokasional, Parsons (1909) berpendapat bahwa bimbingan vokasional dilakukan pertama dengan mempelajari individu, kemudian dengan menelaah berbagai okupasi, dan akhirnya dengan mencocokkan individu dengan okupasi. Proses ini, yang disebut teori trait-and-factor, secara sederhana dapat diartikan sebagai mencocokkan karakter individu dengan tuntutan suatu okupasi tertentu, yang pada gilirannya akan memecahkan masalah penelusuran karirnya. Teori trait-and-faktor ini berkembang dari studi tentang perbedaan-perbedaan individu dan perkembangan selanjutnya terkait erat dengan gerakan testing atau psikometri. Teori ini berpengaruh besar terhadap studi tentang deskripsi pekerjaan dan persyaratan pekerjaan dalam upaya memprediksi keberhasilan pekerjaan di masa depan berdasarkan pengukuran traits yang terkait dengan pekerjaan. Karakteristik utama dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan unik atau traits yang dapat diukur secara objektif dan berkorelasi dengan tuntutan berbagai jenis pekerjaan.

DINAMIKA KELOMPOK


  1. Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.
Maka Dinamika Kelompok  merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
  1. Fungsi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:
1.      Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)
2.      Memudahkan segala pekerjaan.
(Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
3.      Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.
(pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)
4.      Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
(setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat)

PERILAKU PROSOSIAL




Baron & Byrne (2003) menjelaskanperilaku prososial sebagai segala tindakan apa pun yang menguntungkan orang
lain. Secara umum, istilah ini diaplikasikan pada tindakan yang tidak
menyediakan keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan
bahkan mungkin mengandung derajat resiko tertentu. Dayakisni & Yuniardi
(2004) mendefinisikan perilaku prososial merupakan kesediaan orang-orang untuk
membantu atau menolong orang lain yang ada dalam kondisi distress (menderita)
atau mengalami kesulitan. Faturochman (2006) juga menyatakan perilaku prososial
sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain.
Staub (Basti, 2007) mendefinisikan perilaku
prososial sebagai suatu perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif
secara fisik maupun secara psikologis, dilakukan secara sukarela dan
menguntungkan orang lain. Wrightsman dan Daux (Basti, 2007) mempertegas
pendapat ini dengan mengatakan bahwa perilaku prososial merupakan tindakan yang
mempunyai akibat sosial secara positif, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang
lain baik secara fisik maupun secara psikologis, dan perilaku tersebut
merupakan perilaku yang lebih banyak memberikan keuntungan pada orang lain
daripada dirinya sendiri.
Sears, Freedman, dan Peplau (1985)
menjelaskan perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan
atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si
penolong. Menurut Rushton (Sears, Freedman, dan Peplau, 1985) perilaku
prososial berkisar dari tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri
atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh
kepentingan diri sendiri.
William (Dayakisni & Hudaniah, 2006)
membatasi perilaku prososial sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk
mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik
menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa perilaku prososial bertujuan untuk membantu meningkatkan well
being
orang lain. Dayakisni & Hudaniah, (2006) menyimpulkan perilaku
prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekuensi positif
bagi si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis tetapi
tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya. Bentuk yang paling jelas
dari prososial adalah perilaku menolong (Faturochman, 2006).
Brigham (Dayakisni & Hudaniah, 2006)
menyatakan bahwa perilaku prososial mempunyai maksud untuk menyokong
kesejahteraan orang lain, dengan demikian kedermawanan, persahabatan, kerjasama,
menolong, menyelamatkan, dan pengorbanan merupakan bentuk-bentuk perilaku
prososial. Menurut Staub (Dayakisni & Hudaniah, 2006) ada tiga indikator
yang menjadi tindakan prososial, yaitu:
a. Tindakan itu berakhir pada dirinya dan
tidak menuntut keuntungan pada pihak pelaku.
b. Tindakan itu dilahirkan secara sukarela.
c. Tindakan itu menghasilkan kebaikan.

Tahap-tahap dalam Perilaku Prososial
Ketika seseorang memberi pertolongan, maka
hal itu didahului oleh adanya proses psikologis hingga pada keputusan menolong.
Latane & Darley (Baron & Byrne, 2003; Faturochman, 2006) menemukan
bahwa respons individu dalam situasi darurat meliputi lima langkah penting,
yang dapat menimbulkan perilaku prososial atau tindakan berdiam diri saja.
Tahap-tahap yang telah teruji bebeapa kali dan sampai saat ini masih banyak
digunakan meliputi:
a. Menyadari adanya keadaan darurat, atau
tahap perhatian.
Untuk sampai
pada perhatian terkadang sering terganggu oleh adanya hal-hal lain seperti
kesibukan, ketergesaan, mendesaknya kepentingan lain dan sebagainya
(Faturochman, 2006).
b. Menginterpretasikan keadaan sebagai keadaan
darurat.
Bila
pemerhati menginterpretasi suatu kejadian sebagai sesuatu yang membuat orang
membutuhkan pertolongan, maka kemungkinan besar akan diinterpretasikan sebagai
korban yang perlu pertolongan.
c. Mengasumsikan bahwa adalah tanggung
jawabnya untuk menolong.
Ketika
individu memberi perhatian kepada beberapa kejadian eksternal dan
menginterpretasikannya sebagai suatu situasi darurat, perilaku prososial akan
dilakukan hanya jika orang tersebut mengambil tanggung jawab untuk menolong
(Baron & Byrne, 2003). Apabila tidak muncul asumsi ini, maka korban akan
dibiarkan saja, tanpa memberikan pertolongan (Faturochman, 2006). Baumeister
dkk. (Baron & Byrne, 2003) menemukan ketika tanggung jawab tidak jelas,
orang cenderung mengasumsikan bahwa siapa pun dengan peran pemimpin seharusnya
bertanggung jawab.
d. Mengetahui apa yang harus dilakukan.
Bahkan
individu yang sudah mengasumsikan adanya tanggung jawab, tidak ada hal berarti
yang dapat dilakukan kecuali orang tersebut tahu bagaimana ia dapat menolong.
e. Mengambil keputusan untuk menolong.
Meskipun
sudah sampai ke tahap dimana individu merasa bertanggung jawab memberi
pertolongan pada korban, masih ada kemungkinan ia memutuskan tidak memberi
pertolongan. Berbagai kekhawatiran bisa timbul yang menghambat terlaksananya
pemberian pertolongan (Faturochman, 2006). Pertolongan pada tahap akhir ini dapat
dihambat oleh rasa takut (sering kali merupakan rasa takut yang realistis)
terhadap adanya konsekuensi negatif yang potensial (Baron & Byrne, 2003).

Menurut Staub (Dayakisni & Hudaniah,
2006) terdapat beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak
prososial, yaitu;
a. Self-gain: harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari
kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut
dikucilkan.
b. Personal values and norms: adanya nilai-nilai dan norma sosial yang
diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian
nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti
berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik.
c. Empathy: kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau
pengalaman orang lain.
Menurut Sears, Freedman & Peplau (1985)
menerangkan bahwa perilaku prososial dipengaruhi oleh karakteristik situasi,
karakteristik penolong, dan karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan.
a. Situasi; meliputi kehadiran orang lain,
sifat lingkungan, fisik, dan tekanan keterbatasan waktu.
b. Penolong; meliputi karakteristik
kepribadian, suasana hati, distres diri dan rasa empatik.
c. Orang yang membutuhkan pertolongan;
meliputi adanya kecenderungan untuk menolong orang yang kita sukai, dan
menolong orang yang pantas ditolong.
Sedangkan menurut Faturochman (2006)
faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pertolongan adalah:
a. Situasi sosial.
Adanya
korelasi negatif antara pemberian pertolongan dengan jumlah pemerhati, makin
banyak orang yang melihat suatu kejadian yang memerlukan pertolongan makin
kecil munculnya dorongan untuk menolong.
b. Biaya menolong.
Dengan
keputusan memberi pertolongan berarti akan ada cost tertentu yang harus
dikeluarkan untuk menolong. Pengeluaran untuk menolong bisa berupa materi
(biaya, barang), tetapi yang lebih sering adalah pengeluaran psikologis
(memberi perhatian, ikut sedih dan lainnya).
c. Karakteristik orang-orang yang terlibat.
Kesamaan
antara penolong dengan korban. Makin banyak kesamaan antara kedua belah pihak,
makin besar peluang untuk munculnya pemberian pertolongan. Ada kecenderungan
orang lebih senang memberi pertolongan pada orang yang disukai. Di samping
hubungan yang tidak langsung tersebut, ada kecenderungan bahwa orang lebih suka
memberi pertolongan pada orang yang memiliki daya tarik tinggi karena ada
tujuan tertentu di balik pemberian pertolongan tersebut.
d. Mediator internal.
Mood. Ada kecenderungan bahwa orang yang baru
melihat kesedihan lebih sedikit memberi bantuan daripada orang yang habis
melihat hal-hal yang menyenangkan. Penelitian yang dilakukan Myers
(Faturochman, 2006) menunjukkan adanya pengaruh mood terhadap perilaku
membantu. Hal itu sesuai dengan penjelasan Forgas maupun Isen & Baron
(Baron & Byrne, 2003), disebabkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara afek (suasana hati kita saat ini) dan kognisi (cara kita memproses,
menyimpan, mengingat, dan menggunakan informasi sosial).
Empati. Ada hubungan antara besarnya empati dengan
kecenderungan menolong. Hubungan antara empati dengan perilaku menolong secara
konsisten ditemukan pada semua kelompok umur.
Arousal. Ketika melihat suatu kejadian yang
membutuhkan pertolongan orang dihadapkan pada dilema menolong atau tidak
menolong. Salah satu pertimbangan yang menjadi pertimbangan untuk menolong atau
tidak menolong adalah biaya untuk menolong dibanding biaya tidak menolong.
Pertimbangan ini meliputi situasi saat terjadinya peristiwa, karakteristik
orang-orang yang ada di sekitar, karakteristik korban, dan kedekatan hubungan
antar korban dengan penolong.
e. Latar belakang kepribadian.
Individu yang
mempunyai orientasi sosial yang tinggi cenderung lebih mudah memberi
pertolongan, demikian juga orang yang memiliki tanggung jawab sosial tinggi.


PERSEPSI




1.      Pengertian persepsi
a.       Menurut Wikipedia, Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
 Persepsi adalah rangkaian proses pada saat mengenali, mengatur dan memahami sensasi dari panca indera yang diterima dari rangsang lingkungan. Dalam kognisi rangsang visual memegang peranan penting dalam membentuk persepsi. Proses kognif biasanya dimulai dari persepsi yang menyediakan data untuk diolah oleh kognisi.
b.      Persepsi menurut para ahli
·         Menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51),persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.
·         Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna padsuatu situasi tertentu.
·         Menurut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
·         Menurut Gibson dan Donely (1994: 53) persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
·         Menurut Chaplin (1989) Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera.
·         Menurut Atkinson dan Hilgard (1991) Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi
·         Menurut Drever, Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera.
·         Menurut Sabri (1993), persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya.
menurut Mar’at (1981),  persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya.
·         Menurut Riggio (1990), persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan.
·         Menurut Bartol & Bartol (1994) persepsi suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi.
2.      Proses pembentukan persepsi
Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Yusuf, 1991: 108) sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang
bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara
menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman
masa silam atau dahulu. Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill. G, 2000).
Secara singkat dapat digambarkan skema proses pembentukan persepsi sebagai berikut:
Stimulasi -> iconic memory -> pengenalan

3.      Proses kognitif dalam persepsi
Masing-masing dari enam belas jenis pola yang berbeda dari pola kognitif dan proses pembangunan. Mengetahui seorang individu lahir dari kecenderungan untuk menggunakan proses ini dapat membantu melepaskan blok kreatif dan menghasilkan komunikasi yang lebih efektif.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif tingkah laku manusia tampak tidak dapat diukur dan diterbangkan tanpa melibatkan proses mental seperti, motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.Kognitif delapan proses merupakan dasar untuk jenis instrumen psikologis.

4.      Peran belajar dalam persepsi
Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat  dari interaksi antara stimulus dan respon atau lebih tepatnya kemampuan yang dialami seseorang dalam hal kemampuannya bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon.Dalam proses belajar kita mendapatkan ilmu, dengan ilmu kita dapat merubah cara berfikir dan memandang suatu masalah, dari perubahan cara memandang suatu masalah kita dapat merubah persepsi kita.

Sumber:
http://duniapsikologi.dagdigdug.com                     
http://www.wikipedia .com





Perhatian dan Pengamatan

Perhatian

A.  Pengertian Perhatian
            Perhatian adalah modus suatu fungsi, cara menggerakkan, bentuk cara bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan  dalam medan tingkah laku.
            Menurut Kenneth E. Andresen perhatian, adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran  pada saat stimuli lainnya melemah.

B.    Sifat-sifat perhatian
1.            Perhatian spontan langsung dan perhatian paksaan.
-    Perhatian spontan langsung adalah perhatian yang tidak disengaja dan individu merasa senang terhadap objek yang diamati.
-    Perhatian paksaan adalah perhatian yang disengaja dan individu merasa senang terhadap objek yang diamati.

2.            Perhatian konsentratif dan distributif
                        Adalah perhatian yang mengacu pada objek yang diamati.

3.            Perhatian sempit dan perhatian
-    Perhatian yang melekat kepada suatu objek terbatas.
-    Perhatian yang terjadi terus menerus.

4.            Perhatian sembarangan
                  Adalah perhatian yang berpindah-pindah dari suatu objek ke objek lain dan tidak tahan lama.

C.  Macam-macam perhatian
1.      Menurut cara kerjanya
-    Perhatian spontan
-    Perhatian reflektif
2.      Menurut intensitasnya
-    Perhatian intensif
-    Perhatian tidak intensif
3.      Menurut luasnya
-    Perhatian terpusat
-    Perhatian terpencar
4.      Menurut  fluktuasinya
- Perhatian statis
- perhatian dinamis


D.    Objek yang menarik perhatian
1.      Segi objek
Adalah hal-hal yang keluar dari konteks lain/lain dari yang lain
2.      Segi subjek
Adalah hal-hal yang menarik perhatian yang sangat bersangkut paut dengan pribadi.
3.      Segi komunikator
Adalah komunikator yang membawa subjek ke dalam posisi yang sesuai dengan lingkungannya.



Pengamatan

A.    Pengertian Pengamatan
            Pengamatan adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan alat indra.
            Menurut wikipedia, pengamatan adalah cara pengenalan dunia melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan.
B.      Modalitas Pengamatan
a.             Penglihatan terhadap bentuk adalah penglihatan terhadap objek yang berdimensi dua.
b.            Terhadap warna adalah penglihatan terhadap ojjek psikis dari warna yang menyangkut nilai-nilai psikologi dari warna.

Modalitas adalah kemampuan seseorang dalam menyerap dapat terjadi melalui pandangan, pendengaran, atau pun melalui gerakan, pekerjaan, atau kontak langsung.

C.    Pengelolaan dalam modalitas Pengamatan
         Stimulus yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf ke otak. Asal stimulus adalah melalui objek, sehingga terjadilah suatu proses di otak, proses yang terjadi dalam otak/pusat kesadaranlah yang dinamakan proses psikologik.
               Ada lima proses pengamatan yaitu:
1.      Penlihatan, yaitu salah satu modalitas untuk mengamati.
Menurut objeknya penglihatan dikolompokkan dalam tiga golongan yaitu:
a.     Melihat dari bentuknya
b.     Melihat dalam
c.     Melihat warna
2.      Pendengaran, yaitu menanggap suara dengan indra pendengaran.Pendengaran merupakan modalitas pengamatan yang kedua.
3.      Rabaa., yaitu mempunyai fungsi untuk menyentuh, merasakan panas dan dingin, merasakan sakit dan juga vibrasi.
4.      Pembauan atau penciuman
5.      pengecapan


sumber:
yanto Subiyanto. 1957. Pengantar psikologi.Jakarta: Armico
http://www.wikipedia.com//